Sudah
lama rasanya saya tidak menikmati masakan Padang. Mau masak sendiri kok rasanya
malas. Ribet ya masak begini. Lebih baik membeli matang saja.
Kebetulan
waktu tahun baru itu saya dan keluarga tinggal di Gresik. Saya pengen
jalan-jalan ke Surabaya. Tapi sarapan dulu biar kuat menghadapi teriknya panas
matahari.
Kami
sudah berkeliling kota Gresik dan mencari warung-warung langganan, ternyata
banyak yang libur. Kalau mau makan nasi krawu, banyak. Tapi saya sudah sering
makan nasi krawu, saya ingin menu lainnya. Sayangnya memang saya salah waktu
saja. tahun baru menjadi waktu libur warung-warung langganan saya.
Sesuai
dengan rencana, kami ke Surabaya saja. Dari Gresik melewati jalur bawah (bukan
tol) kemudian tiba di daerah Perak. Kalau di Perak ini, suami saya paham karena
pernah dinas disini bertahun-tahun. Cuma karena ini hari libur nasional, tetap
saja beberapa rumah makan libur.
Ketika
melewati RM. Kapau, saya menjerit senang. Bagaimana lagi, saya lapar juga. Jarum
jam hampir menunjukkan pukul 10.00. Perut sudah konser sejak tadi dan berhasil
ditahan sementara. Tapi mobil sudah terlanjur kebablasan. Daripada muter balik,
mending mundur teratur saja.
Pengunjung
tidak ramai. Hanya ada satu meja yang berisi satu keluarga. Kelihatannya sudah
hampir selesai makannya. Salah satu diantara mereka menyulut rokok dan
menyhisapnya perlahan. Karena ini ruangan umum tidak ada pemisahnya, jadi bisa
tercampur dengan perokok atau tidak.
Si
mbak meminta saya bersabar dulu. Kemudian, menanyakan jumlah porsi makan. Saya
katakan nasi untuk 4 orang. Tak lama kemudian menu masakan Padang terhidang di
depan saya. Lengkap!
Sebenarnya
masakan Padang seperti ini tidak cocok untuk si bungsu. Karena hampir semuanya
pedas. Saya minta makan ayam goreng tidak mau. Pilihan lainnya ada paru goreng.
Namun karena saya dan suami tidak mengkonsumsi jeroan, jadi anak-anak tidak
pernah makan jeroan juga.
Saya
tawarkan gulai telor dan tahu, anaknya menolak. Ibu bingung. Yang pengen makan
masakan Padang memang saya, bukan anak kecil ini. Cuma dia mau mengalah saja. Daripada
tidak menemukan warung makan.
Akhirnya
saya mengambil rendang balungan untuk si bungsu. setelah dia mengangguk setuju.
Ternyata pedas juga. Ya sudah ambil dagingnya saja. Baru makan sedikit sudah
minum dan minum untuk meredakan pedas.
Secara
keseluruhan masakan Padang di RM Kapau ini enak. saya menikmati rendang, sayur
daun singkong dan sambal hijau. Sayur lodehnya juga enak.
Selesai
makan, saya panggil si mbak buat membayar semua tagihan. Cukup lama saya harus
menunggu karena tidak ada kembalian. Si mbak ini yang mondar-mandir di dari
dapur hingga melayani tamu. Kalau bagian dapur sepertinya sudah ada tukang
masaknya. Cuma pelayannya saja yang kurang.
Seperti
ketika saya menunggu minuman. Makanan sudah hadir tapi minumannya belum kunjung
datang. Saya lihat, si mbak sendirian melayani kami. Jadi lebih lama saja
padahal tidak ada tamu lain yang mesti di layani.
Totalnya
berapa saya lupa. Seingat saya untuk nasi meski sudah ditaruh dibakul tapi
tetap dihitung per piring, Rp 8.000. Sedangkan
menu lainnya bervariasi.
RM.
Kapau
Jl.
Perak Barat 127
Surabaya, Jawa Timur.
^_^
Saya udah lama malah nggak ke nasi padang yang bener2 terhidang semua gini. Bikin lapar mata pingin makan ini itu deh, haha... Menu Padang emang pada pedas, biasanya yang nggak doyan pedas pada milih ayam goreng ya :D
BalasHapusyang asli masakan minang yang kapau ini katanya. Klo yang di rumah makan biasanya udah modif menyesuaikan lidah daerah setempat
BalasHapusSebagai orang padang, saya bangga punya warisan leluhur seperti rendang yang mendunia, makasi tulisannya mba, boleh juga ni skali skali traveling ke padang,
BalasHapus